Sabtu, 14 April 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011


Yang ingin mengetahui bagaimana perkembangan sektor perekonomian di kalimantan selatan, silakan aja langsung download di bawah ini :


http://www.indowebster.com/download/files/brs_pdrb_trwiv_2011


atau


http://kalsel.bps.go.id/file%20brs/BRS_PDRB_TrwIV_2011.pdf

Jumat, 13 April 2012

PEREKONOMIAN INDONESIA


GAMBARAN UMUM
PEREKONOMIAN INDONESIA

1. Masa Orde Lama.
   Perekonomian Indonesia kurang memuaskan. Hal ini disebabkan antara lain ;
     - Sering terjadi pergantian Kabinet
     - Keadaan Politik & Keamanan yang tidak stabil
     - Kebijakan ekonomi yang sering berubah-ubah.

   * Beberapa masalah ekonomi yang terjadi pada masa Orde Lama, antara lain;
     1. Terjadi Nasionalisasi Perusahaan- Perusahaan Asing ( 1951-1958 )
     2. Adanya kebijakan ” Anti Modal Asing ”, akibatnya :
          - Indonesia kekurangan modal
         - Hilangnya pangsa Pasar di Luar Negeri
       - Tekanan pada NPI (Neraca Pembayaran Internasional)





2. Masa Peralihan ( 1966-1968 ).
   Setelah terjadinya peristiwa G30 S/PKI
Yang gagal pada tahun 1965, Perekonomian Indonesia makin memburuk, dengan kondisi antara lain ;
* Tertundanya pembayaran Hutang luar Negeri   sebesar mencapai US $ 2 Milyar
      *  Turunnya penerimaan ekspor
      *  Inflasi yang sangat tinggi ( 30-50 % ) per bulan
      * Makin buruknya kondisi prasarana perekonomian (Jalan, jembatan, irigasi, dsb )

3. Masa Orde Baru ( 1969 – 1997 )
    Pada masa Orde Baru, pembangunan ekonomi di dasarkan pada kebijakan berdasarkan konsep ” TRILOGI PEMBANGUNAN ”, yang mengandung  3 ( tiga ) unsur pokok, yang mencerminkan 3 ( tiga ) segi permasalahan dalam pembangunan sebagai suatu proses kegiatan secara terus menerus.
1.          Pemerataan : adalah suatu pembagian hasil produksi kepada masyarakat yang lebih merata, sehingga dirasakan keadilannya.
2.        Pertumbuhan Ekonomi : Menunjukkan usaha kearah peningkatan produksi secara keseluruhan dimasyarakat. Hasil produksi yang merupakan produksi nasional, membawa pendapatan bagi masyarakat melalui berjalannya mekanisme pasar.
3.        Stabilitas Nasional : Merupakan syarat pokok bagi upaya pembangunan yang berkesinambungan
    untuk mencapai ke 2 sasaran di atas, yakni,     kehidupan masyarakat dan negara yang stabil.

Trilogi Pembangunan, yang menempatkan pemerataan sebagai ” prioritas”, mendapat banyak hambatan, terutama masih kaburnya tolok ukur atau indikator penentuan alokasinya, sehingga hasilnyapun sukar diukur atau bahkan mudah menyimpang. Oleh karena itu ” pemeratan hanya dapat dicapai melalui ” Delapan jalur pemerataan ”, yaitu ;
1.          Pemerataan Kebutuhan Pokok rakyat
2.        Pemertaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
3.        Pemerataan pembagian pendapatan, khususnya melalui usaha-usaha padat karya
4.        Pemerataan kesempatan kerja melalui peningkatan pembangunan regional
5.        Pemerataan dalam pengembangan usaha, khususnya memberikan kesempatan yang luas bagi golongan ekonomi lemah untuk memperoleh akses perkreditan dan penggalakkan Koperasi.
6.        Pemerataan Kesempatan berpartisipasi khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita
7.        Pemerataan penyebaran penduduk melalui transmigrasi dan pengembangan wilayah
8.        Pemerataan dalam memperoleh Keadilan Hukum.

Pada masa Orde baru, pembangunan dilakukan secara bertahap melalui REPELITA ( Rencana pembangunan Lima Tahun ).

REPELITA I ( 1 April 1969 – Maret 1974 )

Trilogi           Unsur Stabilitas : 1. Ekonomi
                                                 2. Moneter
Program-Program yang dilaksanakan :
Rehabilitasi Ekonomi ;
* Sarana penunjang produksi pangan ( Waduk, irigasi, dsb )
* Prasarana angkutan (Jalan, Jembatan, Pelabuhan, dsb )
Kendala-kendala :
Kurang tersedianya dana pembiayaan pembangunan
Faktor penyebabnya :
- Rendahnya tabungan dalam negeri
- Rendahnya ekspor ( devisa sedikit )
Usaha yang dilakukan :
* Pinjaman Luar Negeri
* Menggalakkan Modal Asing
Melalui upaya-upaya yang telah dilakukan, maka selama PELITA I tersebut, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8,40 % per tahun.
Tantangan :
1.          Isu pemerataan
2.        Rendahnya penyerapan Tenaga Kerja

REPELITA II ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )
Keberhasilan Pelita I, menimbulkan dampak terhadap ;
1.          Kesenjangan ekonomi
2.        Dominasi Modal Asing
Dengan kondisi seperti tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan yang berpegang pada Trilogi, difokuskan kepada :
1.  Pertumbuhan ekonomi
2 .Pemerataan
3. Stabilitas
Tantangan yang dihadapi :
1.          Makin melebarnya kesenjangan ekonomi
2.        Meningkatnya jumlah pengangguran

Usaha yang dilakukan :
Memberikan kesempatan berusaha yang lebih luas kepada pengusaha-pengusaha Kecil, melalui beberapa kebijakan, antara lain ;
1.          Kebijakan Moneter ( KIK, KMKP, Penurunan Suku Bunga dsb )
2.        Devaluasi Rupiah, untuk merangsang ekspor
Dengan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah, maka secara umum dalam PELITA II, berhasil dipertahankan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 % per tahun.


REPELITA III ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )
Dengan makin makin gencarnya isue tentang kesenjangan ekonomi. Kesenjangan-kesenjangan nyata yang terjadi antara lain ;
1.          Kesenjangan antar daerah dan antar sektor
2.        Kesenjangan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja
3.        Kesenjangan antara Usaha Kecil dengan Usaha besar
4.        Kesenjangan dalam memperoleh pendidikan, kesehatan, dan Peradilan/Hukum
Maka pada Pelita III, prioritas pembangunan sesuai landasan Trilogi, diarahkan pada ” Pemerataan ” dalam memperoleh hasil-hasil pembangunan, yang ditunjang dengan dikeluarkannya kebiajakan ” Delapan Jalur pemerataan ”.
                     Pemerataan
Trilogi           Pertumbuhan
                     Stabilitas
Dalam upaya untuk mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih baik, dalam kurun tersebut, muncul beberapa kendalan/hambatan, antara lain ;

1.          Adanya resesi dunia
2.        Turunnya harga minyak ( karena Perang Teluk )
3.        Dampak devaluasi Rupiah yang masih terasa )
4.        Inflasi di atas 20 % per tahun

Dengan adanya beberapa kendala tersebut, pemerintah terus berupaya agar perekonomian dapat berjalan dengan baik. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih baik, antara lain adalah ;
1.          Meningkatkan Tabungan dalam negeri
2.        Melakukan devaluasi rupiah sebesar 28 %
3.        Melakukan deregulasi sistem plafon( pagu ) kredit, dan kebebasan menentukan tingkat Suku Bunga  bagi Bank-Bank umum.
4.        Peningkatan alokasi dana APBN & APBD bagi perluasan Kesempatan Kerja, Pendidikan, dan fasilitas Kesehatan.

Selama Pelita III, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai rata-rata 2,4 % per tahun. Hal ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi, khususnya kondisi eksternal ( resesi dunia ), serta Perang Teluk yang berdampak pada ekonomi di dalam negeri.

REPELITA IV ( 1 April 1989 – 31 Maret 1993 )
Selama Pelita IV strategi pembangunan tetap berlandaskan kepada Trilogi Pembangunan, yaitu : Pemerataan, Pertumbuhan, dan Stabilitas. Namun upaya perbaikan kinerja perekonomian menghadapi kendala, yaitu;
1.          Turunnya harga Migas
2.        Turunnya Cadangan Devisa
3.        Krisis likuiditas perbankan akibat langkanya aliran dana masuk dari masyarakat
4.        Inflasi masih cukup tinggi ( 52,9 %)
5.        Kesenjangan makin melebar

Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain ;
1.          Melakukan deregulasi ;
-     memberikan kemudahan impor bahan baku industri dalam negeri
-     Memberikan kemudahan bagi Perusahaan PMA, untuk : melakukan pinjaman Bank, dan kegiatan distribusi barang & jasa.
2.        Melakukan Devaluasi Rupiah ( dari Rp 625/$ menjadi Rp.970/$, kemudian dari Rp.1.134/$ menjadi Rp.1.644/$, dengan Sistem Kurs bebas ) , yang bertujuan untuk meningkatkan Ekspor Non Migas, mengendalikan impor, dan meningkatkan penerimaan pajak.
3.        Melakukan kebijakan imbal beli (Counter Purchase)
-     Pembeli dari luar negeri diwajibkan membeli barang dalam negeri minimal = nilai yang di ekspornya.
2. Memperlancar perizinan si bidang produksi, jasa  serta investasi.
3. Mobilisasi dana di pasar uang ( dengan mempermudah persyaratan pendirian Bank umum,  perizinan, serta mengizinkan masuknya Modal Asing )
4. Deregulasi di Bidang perdagangan & hubungan laut ( berupa, penyederhanaan izin usaha, izin trayek, pembelian kapal, pengahapusan Tata Niaga Impor, penghapusan bea masuk & bea masuk tambahan )
5. Penyederhaan proses impor mesin.
6. Penyederhanaan izin masuk dan bekerja bagi Tenaga Kerja Asing

Dengan kerja keras, menghadapi berbagai kendala dan tantangan perekonomian global, akhirnya dalam kurun waktu tersebut, pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai di atas 7 % per tahun.

REPELITA V  ( 1 April 1993 – 31 Maret 1998 )
Dengan tetap berlandaskan pada Trilogi pembangunan. Pada Pelita V ini penekanan kebijakan diarahkan pada ” Pemerataan ”, dengan prioritas ” Sektor industri yang didukung oleh Sektor Pertanian ”

Kendala-kendala yang dihadapi :
1.          Munculnya Blok-blok Perdagangan Dunia ( AFTA, NAFTA, APEC, dsb )
2.        Persaingan bisnis makin kompetitif
3.        High Cost
4.        Kualitas SDM masih rendah
5.        Utang Luar negeri makin meningkat


Upaya yang dilakukan Pemerintah antara lain ;
1.          Melakukan diversifikasi produk ekspor ( khususnya Non Migas )
2.        Melakukan deregulasi, antara lain ; tentang pengaturan Investasi Asing.
Selama Pelita V, laju Pertumbuhan Ekonomi, dapat dipertahankan, rata-rata di atas 6 % per tahun.

REPELITA VI  ( 1 April 1998 – 31 Maret 2002 )
Dalam Pelita VI, kebijakan pembangunan dilandasi oleh Trilogi pembangunan, dengan tetap mengedepankan ” Pemerataan ”

Tantangan yang dihadapi antara lain,
1.          Income per Kapita masih rendah
2.        Laju pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi
3.        Kesenjangan makin meningkat
4.        Bertambahnya jumlah penduduk miskin
5.        Rendahnya penyerapan Tenaga Kerja
6.        Rendahnya kualitas SDA dan lingkungan
7.        Masih tingginya Angka Kematian Ibu & Bayi

Melalui berbagai upaya/kebijakan yang dilakukan, selama Pelita VI, sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 %, dapat dicapai.

Kamis, 12 April 2012

Tugas Perilaku Keorganisasian


1.      Karakteristik biologis mana kah yang paling baik dalam memperkirakan produktivitas ?
-          Karakteristik yang paling baik dalam menghasilkan produktivitas itu adalah karakter / pola tingkah laku yang dapat menjadi acuan agar tercapainya suatu produk-produk yang baik serta dapat di terima di luaran ( lingkungan masyarakat ) dimana hasil produktivitas yang baik dapat menjadi suatu kebanggaan tersendiri.
-          Para pekerja yang bahagia belum tentu menjadi pekerja yang produktif. Pada level individu, bukti tersebut menunjukkan bahwa pernyataan sebaliknya justru lebih akurat. Oleh karena itu mungkin benar bahwa organisasi yang bahagia adalah lebih produktif.

2.      Apa yang di maksud dengan keabsenan, angka pengunduran diri karyawan dan kepuasan kerja ?
-          Keabsenan adalah suatu ketidak hadiran karyawan, secara ruang lingkup karyawan disiniseperti buruh dalam suatu perusahaan. Apabila karyawan tidak dapat hadir, maka perusahaan tidak dapat berjalan dengan sesuai yang di inginkan oleh seorang manejer.
-          Pengunduran diri karyawan (resignation) adalah pemutusan hubungan kerja yang diawali dari pihak karyawan.  Apabila hal ini terjadi di dalam masa percobaan (probation period), tidak menimbulkan masalah beban kewajiban, baik bagi perusahaan maupun karyawan.  Lain halnya, bila ikatan kerja berdasarkan atas perjanjian (kontrak) tertentu yang memungkinkan pihak perusahaan menuntut ganti rugi biaya-biaya seleksi, pelatihan dan sebagainya.
-          Kepuasan kerja merupakan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya

3.      Apakah terdapat hubungan antara kepuasaan kerja dengan keabsenan? Apakah terdapat hubungan antara kepuasaan kerja dengan pengunduran diri karyawan ? hubungan mana yang paling kuat ?
-          hubungan antara kepuasaan kerja dengan keabsenan : Tentu masuk akal apabila karyawan yang tidak puas akan pekerjaannya akan absen, namun faktor-faktor lain memiliki dampak pada hubungan tersebut dan mengurangi koefisien hubungan tersebut.
-          hubungan antara kepuasaan kerja dengan pengunduran diri karyawan : Kepuasan juga berkorelasi negatif dengan pengunduran diri, namun hubungan tersebut lebih kuat dari apa yang telah kita temukan untuk keabsenan. Namun, kembali, faktor-faktor lain seperti kondisi bursa kerja,  harapan-harapan tentang pekerjaan alternatif, dan panjangnya masa kerja pada organisasi tertentu merupakan rintangan-rintangan penting bagi keputusan aktual untuk meninggalkan pekerjaan saat ini.

4.      Bagaimana cara para manajer dapat mempersiapkan karyawan agar lebih siap bekerja dengan mitra atau rekan kerja yang berbeda ?
-          cara para manajer dapat mempersiapkan karyawan agar lebih siap bekerja dengan mitra atau rekan kerja yang berbeda :
seorang manajer harus tertarik pada sikap para karyawan, karena sikap sikap tersebut memberikan peringatan akan masalah-masalah potensial dan pengaruh terhadap perilaku, mereka juga akan melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Mengingat manejer ingin menekan angka pengunduran diri dan ketidak hadiran terutama di antara karyawan yang lebih produktif, mereka ingin melakukan hal-hal yang akan menghasilkan sikap kerja positif. Hal terpenting yang bias dilakukan para manejer untuk meningkatkan kepuasan karyawan adalah berfokus pada bagian-bagian intrinsic pekerjaan, seperti membuat kerja tersebut menjadi menantang danmenarik. Meskipun bayaran yang rendah kemungkinan besar tidak akan menarik karyawan berkualitas tinggi atau mempertahankan pakerja yang baik, para manajer harus sadar bahwa bayaran yang tinggi tidak mungkin menghasilkanlingkungan kerja yang memuaskan. Manajer juga harus sadar bahwa karyawan akanberusaha mengurangi ketidak sesuaian kognitif, lebih penting ketidaksesuaian bias diatur. Apabila karyawan diharuskan terlibat dalam aktivitas yang tampaknya tidak konsisten dengan mereka  atau yang berlawanan dengan sikapmereka, tekanan-tekanan untuk mengurangi ketidaksesuaian berkurang ketikakaryawan merasa bahwa ketidaksesuaian tersebut dibebankan secara eksternal dan berada di luar kendali mereka atau apabila penghargaan-penghargaan tersebut cukup signifikan untuk mengimbangi ketidaksesuaian tersebut.

5.      Bedakan antara keluar, bersuara, kesetiaan dan pengabdian sebagai tanggapan karyawan terhadap ketidak puasan kerja !
Cara Karyawan Mengungkapkan Ketidakpuasan
1.      Keluar. Perilaku diarahkan ke meninggalkan organisasi, yang meliputi mencari posisi baru sekaligus mengundurkan diri.
2.      Suara. Secara aktif dan konstruktif berupaya memperbaiki kondisi, yang meliputi menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan sebagian bentuk kegiatan perserikatan.
3.      Kesetiaan. Secara pasif namun opimis menunggu perbaikan kondisi, yang meliputi membela organiasi dari kritikan eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk “melakukan hal yang benar”
4.      Pengabaian. Secara pasif membiarkan keadaan bertambah buruk, yang meliputi keabsenan atau keterlambartan kronis, penurunan usaha, dan peningkatan tingkat kesalahan.


Rabu, 11 April 2012

AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA


AKUNTANSI INTERNASIONAL

MAKALAH
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
Unlam











          Oleh:

ALI AKBAR

C1C110466


AKUNTANSI



FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012











DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................     i
DAFTAR ISI..................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................      1

BAB II
A. PENGARUH INFLASI TERHADAP PERUSAHAAN............   2
B. AKUNTANSI DAYA BELI UMUM DAN PENDEKATAN
     ARUS NILAI SEKARANG .......................................................   3
C. IASB TERHADAP AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN
     HARGA DAN INFLASI.............................................................   4
D. PROSPEK PERKEMBANGAN AKUNTANSI UNTUK
     PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI...................................   7

BAB III
A. KESIMPULAN............................................................................    8
B. SARAN ........................................................................................   8
















BAB I


PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah
Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di Negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di Negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpangan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsure perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Negara besar antara lain Argentina, Brasil, Israel, Meksiko, dan Rusia merupakan beberapa Negara penderita paling buruk dari kondisi inflasi yang tinggi. Tiap tahun rata-rata inflasi di negara-negara tersebut seringkali melampaui 100% dan bahkan tingginya mencapai 2000% di Brasil dan Rusia. Rata-rata dalam negara industri, inflasi terdapat pada dua negara adidaya pada pertengahan tahun 1970 dan di Inggris inflasi mencapai 25%. Sangat tidak mengherankan di negara tersebut pertambahan inflasi menyangkut dengan yang akan mempengaruhi dalam pemakaian " akuntansi Inflasi" sistem ini akan menjadi obat dari kerusakan pada menurut adat akuntansi biaya historis dan mengungkapkan dampak perubahan harga dan inflasi pada pendapata dan aset.











BAB II



AKUNTANSI INTERNASIONAL UNTUK PERUBAHAN HARGA

Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di Negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di Negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpangan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsure perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset.

A.    PENGARUH INFLASI TERHADAP PERUSAHAAN
Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja preusan dapat mengakibatkantidak efisiennya keputusan operacional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli. Dengan kata lain, pertanggungjawaban keuangan atas kepemilikan juga akan mengalami penurunan nilai karena perusahaan bisnis akan membayar obligasinya di masa yang akan datang dengan uang tunai yang sudah kehilangan nilai daya beli. Yang menjadi peringatan disini adalah pertanggungjawaban keuangan, seperti pinjaman / suku bunga bank jangka pendek dan jangka panjang, sering mengakibatkan minat untuk meningkatkan tarif yang sangat tinggi dalam inflasi ekonomi.
Dampak inflasi pada aktiva non moneter digambarkan dalam laporan laba rugi dan neraca. Selama periode harga yang meningkat, pendapatan penjualan saat ini dibandingkan dengan persediaan yang mungkin telah dibeli beberapa bulan sebelumnya dan terhadap penyusunan properti bangunan dan peralatan berdasarkan harga perolehan yang mungkin telah dibeli beberapa tahun lalu, meskipun faktanya bahwa menempatkan persediaan dan aktiva tetap menjadi lebih mahal. Dampak terhadap laporan laba rugi dan neraca ini bisa membuat perusahaan masuk ke dalam masalah likuiditas. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari perbandingan biaya lama dengan keuntungan yang baru dapat mengarah pada permintaan dari pemegang saham untuk meningkatkan deviden dan untuk karyawan – karyawan dengan gaji yang lebih tinggi, meskipun perusahaan melihat kasnya berkurang. Oleh karena itu, diperkenalkan sistem akuntansi untuk inflasi yaitu General Purchasing Power Accounting dan Current Value Accounting.

B.      AKUNTANSI DAYA BELI UMUM DAN PENDEKATAN ARUS NILAI SEKARANG
Akuntansi Daya Beli Umum (General Purchasing Power Accounting) Filosofi utama mengenai akuntansi daya beli umum adalah untuk melaporkan aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya – biaya dalam unit moneter dengan daya beli yang sama. Pendekatannya disini adalah bahwa unit ukuran moneter harus diseragamkan sementara mempertahankan dasar ukuran yang digunakan dalam laporan keuangan (contohnya : biaya historis) Di banyak Negara, laporan keuangan disiapkan dalam biaya histories yang berdasarkan mata uang. Ini berarti bahwa laporan – laporannya tidak tidak mengalami perubahan sesuai tingkat harga umum. Dibawah akuntansi daya beli umum, hal – hal non financial dalam laporan keuangan (inventaris, modal tetap, dan peralatan) ditetapkan kembali untuk mencerminkan daya beli umum, biasanya pada akhir neraca saldo. Akuntansi daya beli umum harus diterapkan pada aktiva dan kewajiban keuangan dengan baik. Kas, contohnya kerugian daya beli selama periode inflasi karena kas ini tidak bias membeli sebanyak pada akhir periode seperti yang dilakukan di awal periode. Keuntungan debitur selama inflasi, karena mereka dapat membayar hutang mereka pada akhir periode dengan uang tunai yang telah menurun daya belinya. Laporan akuntansi daya beli umum akan menggambarkan kerugian atau keuntungan dalam penyesuaian pos – pos moneter yang terpisah. Masalah lebih lanjut adalah mengenai sifat indeks yang digunakan untuk membuat penyesuaian akuntansi daya beli umum. Dimana sebelumnya, indeks harga konsumen merupakan salah satu hal yang paling banyak digunakan secara luas di dunia untuk mengukur inflasi. Indeks ini akan mengukur perubahan-perubahan harga dalam kisaran barang-barang dan jasa pelanggan yang dibeli untuk konsumsi akhir. Karena indeks ini berorientasi konsumen, indeks ini tidak perlu merefleksikan perubahan-perubahan harga yang secara langsung mempengaruhi perusahaan.
1.      Akuntansi Arus Nilai Saat Ini (Current Value Accounting)
Akuntansi Arus Nilai Saat Ini (Current Value Accounting) adalah hal yang berkaitan dengan peningkatan atau penurunan biaya atau nilai aktiva tertentu, bukan mengenai menurunnya daya beli mata uang.
Ada dua pendekatan utama dalam akuntansi nilai sekarang, yaitu :
·         Biaya Pengganti (Current Cost / Replacement Cost) yang banyak digunakan dalam aktiva non moneter yaitu aktiva dinilai pada apa yang telah dikorbankan dengan apa yang akan menggantikannya.
·         Biaya Penjualan (Current Exit Price/ Selling Price/Net Realizable Value) yaitu menilai aktiva pada tingkat harga penjualan dikurangi biaya pelengkap penjualan Akuntansi arus nilai sekarang berakibat pada keuntungan atas kepemilikan dan kerugian saat aktiva non moneter dinilai kembali. Akuntansi arus nilai sekarang jelas lebih kompleks karena akuntansi ini membutuhkan gabungan antara harga sebenarnya, perkiraan, penaksiran nilai dan kelompok aktiva yang homogen.
2.      Current Value: GPP Accounting
Meskipun kita telah membicarakan GPP dan CVA secara terpisah, banyak akuntan ekonom percaya bahwa keduanya ini sebaiknya digabungkan dalam sistem akuntansi nilai nyata (real value accounting system). Penting sekali untuk mengingat bahwa perubahan-perubahan pada tingkat harga umu akan cenderung berbeda dari perubahan harga khusus yang relevan dengan perusahaan


C.     IASB TERHADAP AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI

Reaksi pertama IASC (sekarang IASB) pada akuntansi inflasi muncul pada tahun 1977 di IAS 6, yaitu Respon Akuntansi pada Perubahan Harga. Pada poin tersebut, tidak ada standar definitif baik itu di Amerika Serikat atau di Inggris, dan ada ketidaktpastian seperti bagaimana masalah akuntansi inflasi dapat diselesaikan di dua negara tersebut. Standar inflasi yang lebih definitif tidak muncul, ingá sampai pada tahun 1981 dengan keluarnya IAS 15, yaitu Refleksi Informasi Dampak Perubahan Harga, yang menggantikan IAS 6. Pada saat itu, FASB telah mengeluarkan SFAS 33 mengenai Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga.

Tipe-tipe utama informasi berikut ini merefleksikan dampak-dampak perubahan harga yang direkomendasikan untuk pengungkapan oleh IAS 15 sebagai berikut:
1.      Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian penyusutan properti, bangunan, dan peralatan.
2.      Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian dari harga pokok penjualan.
3.      Penyesuaian yang berkaitan dengan pos-pos keuangan, dampak peminjaman, atau bunga kepemilikan ketika penyesuaian ini telah dimasukkan ke dalam akun dalam menentukan pendapatan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
4.      Dampak keseluruhan dari hasil (pendapatan) dari penyesuaian sebagaimana pada pos-pos lainnya yang merefleksikan dampak perubahan harga yang dilaporkan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
5.      Ketika metode biaya sekarang diadopsi, biaya sekarng property, bangunan, dan perlatan serta persediaan.
6.      Metode yang diadopsi untuk menghitung informasi yang disebut dalam pos-pos sebelumnya, termasuk sifat dari indeks yang digunakan.
IAS 15 penting karena IAS 15 mengenali kebutuhan informasi untuk diungkapkan, mengenai dampak perubahan harga & inflasi dan memberikan pedoman khusus yang dapat diikuti oleh berbagai perusahaan untuk memperbaiki kualitas pengungkapan. Fakta bahwa adanya informasi pokok dari satu negara ke negara lainnya bisa berbeda, tentu saja ini menjadi masalah, tetapi profesi akuntansi jelas tidak bisa disesuaikan dengan solusi dunia.
Perkembangan sistem akuntansi untuk inflasi di Inggris, Amerika Serikat dan Benua Eropa
·         Inggris. Profesi akuntansi memperkenalkan SSAP 16 (Statement of Standard
Accounting Practice – 16), mengenai “Akuntansi Biaya Sekarang” pada tahun 1980,dimana kebutuhan laporan keuangan akuntansi biaya sekarang baik itu sebagai laporan tambahan maupun sebagai laporan utama. Dengan ketentuan bahwa laporan biaya historis juga harus bisa disediakan. Walaupun begitu, SSAP 16 secara resmi ditarik pada tahun 1988 mengikuti penolakan tingkat inflasi dan kecaman dari bisnis. Pada saat yang sama, banyak perusahaan mengevaluasi kembali secara periodik terhadap tanah dan bangunan mereka pada nilai pasar (memperkirakan keluaran atau harga jual).
·         Amerika Serikat. Regulasinya pertama kali diperkenalkan dengan sah yang ditentukan oleh SEC tahun 1976 (Rilis Seri Akuntansi 1990) untuk mengungkap penggantian informasi biaya yang berkaitan dengan penyusutan, harga pokok penjualan, aktiva tetap, dan persediaan. Selanjutnya, tahun 1979, FASB mengeluarkan SFAS No 33 (Statement of Financial Accounting Standard – 33) yang berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”.
·         Benua Eropa. Ada lebih sedikit antusiasme untuk pengenalan sistem akuntansi untuk inflasi, meskipun telah ada rekomendasi resmi pada subjeknya. Contohnya, di Perancis dan Jerman. Di Perancis pada kahir tahun 1970 ketika evaluasi kembali dilakukan dengan menggunakan indeks pemerintah dibutuhkan untuk semua aktiva jangka panjang dan aktiva tetap. Evaluasi kembali ini tidak memiliki dampak pada pendapatan kena pajak, seperti pada penyusutan tambahan. Di Swedia, tidak ada kebutuhan–kebutuhan akan akuntansi inflasi, tetapi beberapa pengungkapan sukarela khusus telah dibuat.

Perkembangan Sistem Akuntansi di Amerika Selatan
·         Di Brazil, akuntansi untuk inflasi digunakan pada awal tahun 1950, tetapi hokum perusahaan yang baru tahun 1976 melakukan penyesuaian, yaitu perusahaan menyajikan ulang akun – akun aktiva tetap dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indek harga yang diakui oleh pemerintah untuk mengukur devaluasi mata uang lokal.
·         Di Argentina, sistem akuntansi untuk inflasi diperkenalkan terutama lewat prakarsa dan keterlibatan profesi akuntansi. Tahun 1972, sebuah pernyataan dikeluarkan yang menganjurkan publikasi laporan keuangan GPP tambahan.

Akuntansi arus nilai sekarang di Belanda
·         Di Belanda, orang-orang telah mengetahui akuntansi nilai sekarang sejak lama. Pendidikan yang ekstensif bagi para akuntan dalam ekonomi bisnis menghasilkan filosofi akuntansi yang difokuskan dengan nilai dan biaya sekarang dan dengan prinsip dan praktek ekonomi bisnis. Walaupun tidak diperlukan persyaratan untuk menggunakan akuntansi nilai sekarang, sebagai informasi utama atau tambahan, terdapat beberapa faktor pendukung untuk memakainya. Alasan digunakannya akuntansi nilai sekarang { Melibatkan teori Professor Theodore Limperg, yang sering disebut sebagai Bapak teori nilai ganti karena dari hasil kerjanya di Belanda tahun 1920 dan 1930. Beliau memfokuskan diri pada hubungan yang kuat antara ekonomi dan akuntansi dan percaya bahwa pendapatan tidak bisa dicari tanpa memelihara sumber pendapatan bisnis dari pertimbangan yang dilakukan.{ Belanda belajar dari pengalaman pada perusahaan multinasional besar yaitu Philips, yang merupakan pelopor laporan keuangan nilai sekarang. Faktanya, Philips pertama kali menggunakan pendekatan ini tahun 1936 untuk tujuan akuntansi biaya internal dan memperkenalkannya tahun 1952 ke dalam laporan utama untuk tujuan pelaporan keuangan. Namun pada tahun 1992, perusahaan memutuskan untuk kembali pada akuntansi biaya historis yang akan memperbaiki komunikasi para pemegang saham dan lebih dekat dengan praktek akuntansi internasional. Nilai sekarang ditentukan oleh departemen penjualan untuk aktiva tetap (baik tersendiri atau dalam kelompok sejenis), oleh departemen produksi untuk sejumlah peralatan desain khusus, dan oleh desain bangunan dan gedung departemen produksi untuk bangunan. Pada kasus persediaan, indeks biasanya digunakan untuk memperbaharui nilai sekarang dari kelompok aktiva sejenis. Penambahan (atau pengurangan) dalam nilai persediaan dan aktiva tetap untuk perubahan harga tertentu dikredit (didebit) ke akun surplus revaluasi pada neraca dibandingkan ke laporan laba rugi. Akibat perubahan nilai sekarang ini ditunjukkan dalam laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan yang lebih tinggi atau lebih rendah (sebagai hasil penambahan atau pengurangan dalam harga persediaan) dan biaya depresiasi yang lebih tinggi atau lebih rendah.

D.    PROSPEK PERKEMBANGAN AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI

Signifikansi keberadaan tingkat inflasi dan perubahan harga di beberapa negara
mengesankan bahwa kebutuhan dan penggunaan sistem akuntansi inflasi tampaknya menyisakan sejumlah kontroversi dalam pendugaan masa depan. Meskipun akuntansi daya beli umum telah digunakan di beberapa Negara Amerika Latin yang berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat pada tingkat nasional yang menyelamatkan kemusnahan penelitian akuntansi inflasi pada tahun 1980-an. Namun beberapa perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela. Kontroversi, hal ini masih meliputi banyak aspek akuntansi nilai sekarang, khususnya dengan perubahan perlengkapan dan pemeliharaan keuntungan dan kerugian pos–pos moneter. Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan dari luar negeri dan verifikasi nilai sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan teknologi dengan cepat. Pemberian perhatian baru-baru ini pada akuntansi nilai sekarang atau nilai wajar, diharapkan akan menjadi sejumlah percobaan masa depan dengan berbagai jenis perubahan sistem akuntansi harga. Selain itu, mungkin juga menjadi pertumbuhan apresiasi keadaan dimana pendekatan alternatif mungkin atau tidak mungkin atau berguna dalam mengukurlaba dan asset. Kegunaan dari harga jual atau harga keluar dalam konteks perubahan harga, terutama dengan memperhatikan nilai properti atau investasi, juga akan diapresiasikan dengan lebih baik. Selain itu, menjadi tanggung jawab untuk menggunakan sumberinformasi relevan lainnya seperti arus kas
BAB III




A.    Kesimpulan
Eksistensi level yang signifikan dari inflasi dan kemauan harga di banyak Negara mempengaruhi kebutuhan dan kegunaan system akuntansi inflasi yang mungkin tetap akan menjadi subjek dari banyak kontroversi di dalam meramalkan masa depan. Walaupun akuntansi GPP telah digunakan dibanyak negara berinflasi tinggi di Amerika Selatan, tetapi tidak ada contoh dari standar akuntansi biaya langsung atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat tentang mempertahankan level nasional yang mewasiatkan penelitian mengenai akuntansi inflasi pada pertengahan 1980-an. Bagaimanapun juga, banyak perusahaan-perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai langsung secara sukarela.



B.     Saran
Baru-baru ini perhatian dalam nilai akuntansi yang langsung atau jujur sangat diharapkan akan memajukan penelitian dengan tipe yang bervariasi dari system akuntansi perubahan harga. Hal ini mungkin juga akan menjadi penumbuh apresiasi dari keadaan yang terpuruk dengan cara memilih pendekatan alternative yang mungkin dapat dikerjakan dan berguna dalam pengukuran laba dan asset. Kegunaan dari harga jual dan keluar dalam konteks perubahan harga, terutama memperhatikan nilai atau milik dan investasi, selain itu mungkin juga menjadi apresiasi yang lebih baik. Hal ini kiranya juga menjadi kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber relevan lainnya dari informasi yang ada, seperti informasi mengenai aliran kas.